Kamis, 04 Juni 2015

Menyeberangi lautan menelusuri jalan setapak

Menghadapi masa pendadaran dan pewisudahan Juni 2015 sudah sejauh mana kesiapan warga Peguyuban Seni Beladiri Pernapasan Tapak Wali Indonesia  (TWI) diwilayah kepuluan Togean kabupaten Tojo Una-una.
Laporan : Sam Asiku
Tepat pukul 10.00  kapal motor kecil yang berkapasitas 20 ton yang kutumpangi menuju Desa Benteng  dengan lama perjalanan  selama 5 jam.  Dipelabuhan Benteng yang sementara dibangun, saya dijemput warga menuju rumah kepala desa yang hanya 100 meter dari pelabuhan yang juga warga Tapak Wali Indonesia. Menurut penuturan beberapa warga saat itu beberapa hari yang lalu, di lapangan Benteng dilakukan gerak bersama dari semua lapangan di Kepulauan.  
Tepat pukul 5 sore setelah menikmati makanan yang disuguhkan ibu kades, perjalanan ke Desa Bangkagi dimulai. Beberapa sepeda meter mengaung diatas jalan setapak yang berlumpur, sehigga
berkali-kali penumpang harus turun membantu mendorong motor. Jalan setapak berliku dianarai  tanjakan-tajakan yang terjel nan panjang, hampir-hampir motor tidak sanggup melewatinya.
Namun perjalan kembali mulus setelah mencapai batas desa Bangkagi, perjalan ditempuh hampir sejam, rombongan warga TWI desa Benteng dijemput Warga TWI dirumah pak Abubakar. Hampir sejam lamannya percakapan dengan warga TWI setempat, gerak malam ini dilaksanakan di lapangan Bangkagi. Dilanjutkan dengan penerapian dirumah Pak Abubakar. Pertemuan malam ini berakhir pukul 2 dinihari ketika saya dan rombongan TWI Benteng harus kembali.
Besok sorenya diputuskan semua warga TWI baik pria dan wanita melintasi jalan Benteng Bangkagi dengan jalan kaki, mengingat semalam jalanan diguyur hujan. Perjalan kali ini pada sore hari sekitar pukul 17.00. Setelah makan malam gerak malam dilapangan bangkagi  difokuskan pada  pemantapan pengendalian bagi calon warga dan pengerahan nafas.  Kendati hujan turun gerak terus dilakukan sesuai permintaan warga dan calon warga, hingga kegiatan berakhir pukul 10.00 malam.

Malam ini sya harus tinggal bermalam di desa Bangkagi, kerena akan melanjutkan ke desa Tongkabo untuk bersiraturrahmi dengan
pengur lapangan desa Tongkabo. Sayang dua lapangan lagi yaitu lapangan Papolion dan Baulu tidak sempat disinggahi karena ruti kepal tidak melewati  2 desa tersebut.