Menghadapi masa pendadaran dan pewisudahan Juni 2015 sudah sejauh
mana kesiapan warga Peguyuban Seni Beladiri Pernapasan Tapak Wali Indonesia (TWI) diwilayah kepuluan Togean kabupaten
Tojo Una-una.
Laporan : Sam Asiku
Tepat pukul 10.00 kapal motor kecil yang berkapasitas 20 ton yang
kutumpangi menuju Desa Benteng dengan
lama perjalanan selama 5 jam. Dipelabuhan Benteng yang sementara dibangun,
saya dijemput warga menuju rumah kepala desa yang hanya 100 meter dari
pelabuhan yang juga warga Tapak Wali Indonesia. Menurut penuturan beberapa
warga saat itu beberapa hari yang lalu, di lapangan Benteng dilakukan gerak
bersama dari semua lapangan di Kepulauan.
Tepat pukul 5 sore setelah menikmati makanan yang disuguhkan
ibu kades, perjalanan ke Desa Bangkagi dimulai. Beberapa sepeda meter mengaung
diatas jalan setapak yang berlumpur, sehigga
berkali-kali penumpang harus turun
membantu mendorong motor. Jalan setapak berliku dianarai tanjakan-tajakan yang terjel nan panjang,
hampir-hampir motor tidak sanggup melewatinya.
Namun perjalan kembali mulus setelah mencapai batas desa
Bangkagi, perjalan ditempuh hampir sejam, rombongan warga TWI desa Benteng dijemput
Warga TWI dirumah pak Abubakar. Hampir sejam lamannya percakapan dengan warga
TWI setempat, gerak malam ini dilaksanakan di lapangan Bangkagi. Dilanjutkan
dengan penerapian dirumah Pak Abubakar. Pertemuan malam ini berakhir pukul 2
dinihari ketika saya dan rombongan TWI Benteng harus kembali.
Besok sorenya diputuskan semua warga TWI baik pria dan wanita
melintasi jalan Benteng Bangkagi dengan jalan kaki, mengingat semalam jalanan
diguyur hujan. Perjalan kali ini pada sore hari sekitar pukul 17.00. Setelah
makan malam gerak malam dilapangan bangkagi
difokuskan pada pemantapan
pengendalian bagi calon warga dan pengerahan nafas. Kendati hujan turun gerak terus dilakukan
sesuai permintaan warga dan calon warga, hingga kegiatan berakhir pukul 10.00
malam.
Malam ini sya harus tinggal bermalam di desa Bangkagi, kerena
akan melanjutkan ke desa Tongkabo untuk bersiraturrahmi dengan
pengur lapangan
desa Tongkabo. Sayang dua lapangan lagi yaitu lapangan Papolion dan Baulu tidak
sempat disinggahi karena ruti kepal tidak melewati 2 desa tersebut.